Dua Kilometer yang Tak Pernah Sia-Sia: Ketulusan Mama Mayna dan Pelukan Hangat TNI di Ujung Jalan

3 months ago 31

PUNCAK - Di sebuah pagi yang tenang di Pegunungan Tengah Papua, sosok Mama Mayna tampak menyusuri jalan tanah sejauh dua kilometer. Di punggungnya tergantung noken berisi hasil kebun ubi, sayur, dan buah-buahan lokal. Langkahnya pelan, tapi pasti. Bukan untuk ke pasar, bukan untuk bertemu pembeli biasa, melainkan menuju satu tempat yang selalu menerimanya dengan tangan terbuka: Pos Pintu Jawa Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti. Minggu 15 Juni 2025.

Satu Langkah Kecil, Seribu Makna

Baginya, perjalanan itu bukan sekadar rutinitas. Itu adalah langkah penuh harapan. Karena di pos tersebut, tak ada penolakan. Tak ada tawar-menawar melelahkan. Hanya senyum, sambutan hangat, dan sebuah kepastian: hasil kebunnya akan diborong, dihargai, dan dibawa pulang oleh prajurit yang tak sekadar menjaga keamanan, tetapi juga menjaga perasaan dan martabat rakyat kecil.

“Kalau bawa ke pos, pasti dibeli. Kami senang karena abang-abang TNI selalu bantu, tidak pernah tolak, ” ucap Mama Mayna dengan senyum letih namun penuh syukur.

“Dua kilometer itu tidak terasa, karena saya tahu hasil kebun saya pasti dihargai.”

TNI, Teman Setia di Jalan yang Terjal

Kegiatan borong hasil kebun ini adalah bagian dari strategi pembinaan teritorial yang dilakukan Pos Pintu Jawa untuk menjawab tantangan ekonomi masyarakat di wilayah pedalaman. Terutama mama-mama Papua yang seringkali kesulitan menjual hasil panennya karena terbatasnya akses pasar dan transportasi.

Letda Inf Risal, Danpos Pintu Jawa, menjelaskan:

“Ini bukan sekadar transaksi. Kami ingin mama-mama Papua tetap semangat bertani. Apa yang mereka bawa, kami borong semampu kami. Ini bagian dari ketahanan pangan dan bukti bahwa TNI hadir bukan hanya dengan senjata, tapi juga dengan hati.”

Lebih dari Penjaga Perbatasan, Mereka Penjaga Harapan

Apa yang dilakukan Satgas Yonif 700/WYC bukanlah gebrakan besar, tetapi sentuhan kecil yang membekas dalam. Saat negara belum sepenuhnya menjangkau, mereka hadir sebagai jembatan antara keterpencilan dan perhatian. Antara kebutuhan dan pengakuan.

Dan setiap kali Mama Mayna menuruni jalan tanah itu, ia tidak hanya membawa noken berisi hasil kebun. Ia membawa dignitas, kepercayaan, dan secercah mimpi yang disambut hangat oleh para prajurit.

Authentication:

Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono

Read Entire Article
Sekitar Pulau| | | |