PAPUA - Di balik tugas berat menjaga perbatasan, ada kisah sederhana namun bermakna yang tumbuh dari hati dan budaya. Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 500/Sikatan menunjukkan bahwa pengabdian tak selalu soal senjata dan patroli kadang, ia hadir dalam bentuk apresiasi terhadap seutas benang dan hasil tangan penuh cinta seorang ibu Papua. Kamis 5 Juni 2025.
Bertempat di TK Mamba, para prajurit hadir bukan untuk operasi militer, melainkan untuk menjalin komunikasi sosial (komsos) yang tulus. Mereka datang membeli noken tas tradisional khas Papua hasil karya Mama Maleo Sani, seorang perempuan tangguh yang merajut kehidupan dan harapan dari setiap simpul benang.
Dipimpin oleh Lettu Arh. Supriono, selaku Pabintal Satgas, sepuluh personel Satgas menyambangi Mama Maleo. Dalam suasana penuh kehangatan, mereka tak hanya membeli noken berwarna-warni, tapi juga memetik makna di balik setiap anyaman: ketekunan, cinta, dan identitas budaya yang patut dijaga.
"Ini bukan tentang membeli tas. Ini tentang menghargai perjuangan, budaya, dan kasih seorang mama Papua. Setiap noken adalah doa yang terjalin dalam benang, " ungkap Lettu Supriono penuh haru.
Mama Maleo, dengan senyum mengembang, memperlihatkan hasil karyanya dengan bangga. Suasana berubah menjadi ruang perjumpaan antarhati: antara prajurit negara dan penjaga budaya lokal. Warga sekitar yang turut menyaksikan momen tersebut pun larut dalam rasa haru dan bangga—sebuah potret harmoni yang jarang terekam.
Sebagaimana diketahui, noken telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Ia bukan sekadar tas, melainkan simbol peran vital perempuan Papua dalam keluarga dan masyarakat. Lewat kegiatan ini, Satgas Yonif 500/Sikatan tak hanya hadir sebagai penjaga wilayah, tapi juga sebagai sahabat budaya dan penggerak pemberdayaan.
Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, turut memberikan apresiasi tinggi atas langkah humanis ini.
“Prajurit kami bukan hanya pelindung batas, tapi juga perawat budaya. Kehadiran mereka adalah wujud nyata dari kemanunggalan TNI dan rakyat. Membeli noken adalah bentuk investasi pada warisan lokal dan masa depan masyarakat Papua, ” ujarnya.
Kisah tentang Mama Maleo dan nokennya adalah kisah tentang harapan, cinta, dan kebersamaan. Di perbatasan, di tengah tantangan dan keterbatasan, prajurit dan rakyat bersama-sama menganyam masa depan seutas demi seutas, simpul demi simpul.
Verifikasi:
Letkol Inf. Iwan Dwi Prihartono – Dansatgas Media HABEMA