PAPUA - Di tengah sunyi dan terpencilnya pegunungan Papua, ada langkah kecil yang membawa harapan besar. Mereka datang tanpa sirene, tanpa sorotan kamera hanya membawa kotak obat dan niat tulus: menyembuhkan, mendengar, dan merawat. Inilah misi PASTOOR (Pelayanan Kesehatan Door to Door), inisiatif kemanusiaan dari Satgas Yonif 732/Banau yang beroperasi di bawah Koops TNI Habema. Selasa 17 Juni 2025.
Kegiatan yang digelar oleh Pos Jenggeren di Kampung Mamere, Distrik Beoga Barat, Kabupaten Puncak ini bukan sekadar aksi pengobatan. Ia adalah jembatan rasa antara TNI dan masyarakat ikatan yang tumbuh dari empati, bukan sekadar tugas.
Menyapa dengan Obat, Merangkul Lewat Perhatian
Dipimpin oleh Letda Inf Tubagus Gisti, para prajurit menyusuri medan Papua demi satu tujuan: menjangkau warga yang tak terjangkau oleh fasilitas kesehatan. Setibanya di Kampung Mamere, mereka tak perlu mengetuk pintu. Warga sudah berdiri menanti dengan harapan di mata mereka.
Dengan sigap, Pratu Farhan Sangaji, tamtama kesehatan, memeriksa satu per satu warga yang mengeluhkan berbagai penyakit, dari nyeri sendi hingga demam berkepanjangan. Obat dibagikan, nasihat kesehatan diberikan, dan yang lebih penting mereka merasa diperhatikan.
“TNI Tidak Hanya Menjaga, Tapi Menyembuhkan”
“Pelayanan kesehatan ini adalah bentuk nyata kepedulian kami terhadap saudara-saudara kami di Papua. Kami hadir bukan hanya untuk menjaga perbatasan, tapi juga untuk menjaga kehidupan dan harapan, ” ujar Dansatgas Yonif 732/Banau, Letkol Inf M. Nurul Chabibi, S.H.
Kepala Kampung Mamere, Bapak Yacob, menyampaikan rasa harunya:
“Saya sudah hampir seminggu sakit asam urat. Tidak ada yang bisa bantu. Tapi Bapak TNI datang, bawa obat, dan peduli sama kami. Tuhan berkati kalian, TNI bukan cuma tentara, tapi juga penyelamat.”
TNI Hadir dengan Hati
Di tanah yang jauh dari sorotan dan fasilitas modern, Satgas Yonif 732/Banau membuktikan bahwa kehadiran TNI bukan sekadar soal keamanan, tapi soal kemanusiaan. PASTOOR bukan sekadar program—ia adalah simbol dari negara yang hadir, menyapa dengan kasih, dan melindungi dengan kepedulian.
Karena di Papua, menjadi prajurit bukan hanya soal mengangkat senjata. Kadang, itu berarti mengulurkan tangan untuk memeriksa denyut nadi rakyat.
(Pen Satgas Satgas Yonif 732/Banau)