Prajurit TNI Bangun Sekolah di Jantung Mayuberi: Kado Kemerdekaan dari Tanah Loreng untuk Anak Papua

1 month ago 93

PAPUA - Di tengah sunyi pegunungan dan medan yang terjal di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, hadir denyut semangat kemerdekaan dalam wujud yang tak biasa. Bukan lewat parade, bukan pula melalui derap barisan melainkan dari suara palu yang bersahutan, potongan bambu yang terikat rapi, dan tangan-tangan prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bekerja membangun masa depan: sebuah sekolah untuk anak-anak Papua.

Prajurit dari Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti (WYC), yang bertugas di Pos Mayuberi, kini tengah melaksanakan pembangunan SD Inpres 03 Mayuberi, sebuah sekolah dasar yang menjadi harapan pendidikan bagi anak-anak di wilayah pedalaman yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Pembangunan ini dilakukan melalui kegiatan pembinaan teritorial (Binter) terbatas, bentuk nyata dari kehadiran TNI sebagai penjaga negara yang juga berperan sebagai pelayan masyarakat.

Hingga hari ketiga pengerjaan pada Jum'at, 8 Agustus 2025, progres fisik bangunan telah mencapai sekitar 30 persen. Fokus utama berada pada pemasangan rangka atap dari bambu, dilakukan dengan gotong-royong di bawah komando Letda Inf Muh Arif Natsir, yang memimpin langsung personel di lapangan. Meski berseragam loreng dan terlatih dalam taktik militer, mereka menunjukkan sisi lain dari pengabdian: sebagai tukang, perancang bangunan, dan peletak pondasi peradaban.

“Kami ingin menjadikan sekolah ini sebagai kado Hari Kemerdekaan untuk anak-anak Mayuberi. Target kami, sebelum 17 Agustus, bangunan ini sudah bisa berdiri dan digunakan. Pendidikan adalah jembatan masa depan, dan tugas kami adalah memastikan jembatan itu bisa dibangun di sini, di jantung Papua, ” ujar Letda Arif kepada tim media Satgas.

Membangun Sekolah, Membangun Harapan

Pembangunan sekolah ini bukan sekadar proyek fisik. Ia menyiratkan pesan kuat: bahwa negara hadir hingga ke titik terluar, di mana anak-anak masih harus berjalan kaki berjam-jam untuk belajar, di mana buku dan papan tulis menjadi barang langka, dan di mana kehadiran guru tak selalu pasti.

Di tengah situasi keamanan yang tak selalu stabil, para prajurit memilih untuk mengambil peran ganda: menjaga, sekaligus membina. Mereka tidak hanya membawa senjata, tetapi juga membawa papan, paku, dan niat tulus. Tidak hanya membangun tembok dan atap, tetapi juga menegakkan mimpi anak-anak yang selama ini terhalang oleh keterbatasan akses.

Rencana pembangunan berikutnya pada hari keempat akan difokuskan pada pemasangan atap, kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan dinding dan lantai. Seluruh bahan bangunan diangkut secara manual dengan penuh perjuangan, melintasi jalur yang hanya bisa diakses dengan berjalan kaki. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat para personel Satgas Yonif 700/WYC.

TNI Sebagai Pilar Pembangunan Sosial

Apa yang dilakukan prajurit TNI di Mayuberi merupakan bagian dari implementasi nyata peran TNI dalam mendukung pembangunan di daerah tertinggal, sebagaimana amanat dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua. Di luar tugas utamanya dalam menjaga keutuhan NKRI, TNI juga ditugaskan mendukung pemerintah daerah dalam pelayanan dasar, termasuk pendidikan.

Dalam konteks Papua, pendekatan yang diambil TNI bukanlah pendekatan kekuatan, melainkan pendekatan humanis dan solutif, yang mengedepankan komunikasi sosial, pemberdayaan masyarakat, dan keteladanan.

Pembangunan sekolah di Mayuberi bukanlah yang pertama, dan tidak akan menjadi yang terakhir. Ia menjadi bagian dari jejak panjang TNI dalam membangun Indonesia dari pinggiran—bukan dengan teori, melainkan dengan aksi nyata.

Simbol Kemerdekaan dari Tanah Papua

Jika di kota-kota besar, perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia akan dihiasi dengan kembang api dan upacara formal, maka di Mayuberi, kemerdekaan hadir dalam bentuk yang lebih sederhana namun menyentuh: sebuah sekolah baru yang akan segera berdiri, dibangun oleh tangan para prajurit, untuk anak-anak yang ingin bermimpi lebih tinggi.

“Kami tidak ingin anak-anak di sini tertinggal hanya karena tempat mereka jauh. Justru karena jauh, kami harus hadir, ” tambah Letda Arif dengan nada penuh keyakinan.

TNI bukan hanya tentang menjaga perbatasan atau menghadapi ancaman, tapi juga tentang memastikan bahwa setiap anak bangsa memiliki akses yang sama untuk tumbuh dan berkembang di mana pun mereka lahir, termasuk di lembah-lembah terpencil Papua.

Penutup: Ketika Loreng Jadi Jembatan Masa Depan

Cerita dari Mayuberi ini menegaskan kembali bahwa TNI adalah bagian dari denyut nadi bangsa. Di tangan para prajurit Yonif 700/WYC, semangat kemerdekaan diwujudkan bukan dalam bentuk seremoni, melainkan dalam aksi membangun. Di tengah tantangan geografis dan keterbatasan fasilitas, mereka tetap maju, membawa pesan bahwa negara tak akan pernah absen dari warganya.

Semoga saat bendera merah putih berkibar pada 17 Agustus nanti, anak-anak Mayuberi sudah bisa berdiri tegak di depan sekolah baru mereka—sekolah yang dibangun dengan keringat dan cinta dari para prajurit TNI.

Authentication:

Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono

Read Entire Article
Sekitar Pulau| | | |